Lintasbalikpapan.com – Situasi Timnas Indonesia tengah menjadi perhatian besar publik setelah kursi pelatih utama kembali kosong. Pengamat sepak bola nasional, Haris Pardede, menilai PSSI perlu berhati-hati dan lebih cermat dalam menentukan sosok pengganti yang akan memimpin skuad Garuda. Selain karena waktu yang semakin menipis, faktor kepercayaan publik juga menjadi hal yang tak bisa diabaikan oleh federasi.
Haris menyebut hingga saat ini belum ada tanda-tanda jelas mengenai siapa calon pelatih baru Timnas Indonesia. Meski begitu, rumor dan spekulasi terus bergulir di kalangan suporter. Ia menegaskan bahwa publik menanti kepastian tersebut dengan harapan besar, terutama setelah pengalaman pahit bersama Patrick Kluivert yang dianggap sebagai keputusan blunder oleh federasi.
Menurutnya, PSSI perlu belajar dari kesalahan sebelumnya agar tidak mengulangi hal serupa. “Trauma publik akibat keputusan memecat Shin Tae-yong di tengah tren positif tim harus menjadi pelajaran penting. Kita berharap keputusan kali ini benar-benar matang dan bisa memulihkan kepercayaan masyarakat,” ujar Haris melalui kanal YouTube Cokro TV.
Tantangan PSSI: Waktu Mepet dan Ekspektasi Publik Tinggi
Meski keputusan pemilihan pelatih kerap menuai pro dan kontra, Haris mengingatkan bahwa setiap perubahan selalu membawa risiko ketidakpuasan. Hal tersebut juga sempat terjadi pada akhir 2019 ketika Shin Tae-yong di tunjuk menggantikan Luis Milla. Namun, hasil kerja keras dan prestasi akhirnya mampu mengubah persepsi publik.
“Siapa pun pelatihnya nanti, pasti ada yang tidak puas. Namun, jika hasilnya terbukti positif, masyarakat pasti menerima,” tambah Haris. Ia juga mengingatkan bahwa waktu menjadi tantangan besar bagi PSSI. Agenda FIFA Matchday pada 10–18 November 2025 sudah di depan mata, sementara pelatih baru belum juga diumumkan.
Dengan waktu persiapan kurang dari tiga minggu, Haris menilai keputusan ini tak bisa lagi di tunda. “Pemilihan pelatih tak boleh berlarut. Ini seperti menanam pohon semakin cepat di tanam, semakin cepat hasilnya. Apalagi kita harus menghadapi laga internasional dalam waktu dekat,” tegasnya.
Menatap Piala Asia 2027, Misi Pulihkan Kepercayaan Diri
Selain agenda FIFA Matchday, PSSI juga di bebani target besar lain: menghadapi Piala AFF 2026 dan Piala Asia 2027. Menurut Haris, pelatih baru nantinya harus mampu mengembalikan kepercayaan diri pemain sekaligus memulihkan citra federasi yang sempat menurun akibat kegagalan era Kluivert. “Ajang seperti Piala AFF sangat penting untuk memulihkan mental tim dan dukungan publik. Jika tampil maksimal di sana, kepercayaan terhadap federasi dan pemain akan bangkit kembali,” ucapnya.
Piala Asia 2027 yang di jadwalkan berlangsung pada 15 Januari hingga 8 Februari 2027 juga menjadi tantangan tersendiri. Waktu persiapan yang hanya tersisa sekitar setahun membuat PSSI harus segera menentukan langkah strategis. “Kita tidak punya banyak waktu. Pemilihan pelatih yang tepat akan menentukan kesiapan Indonesia untuk bersaing di level Asia,” pungkas Haris.
Kini, keputusan ada di tangan PSSI. Mampukah federasi memilih pelatih yang tidak hanya mumpuni secara teknis, tetapi juga mampu mengembalikan semangat dan kepercayaan seluruh pendukung Garuda? Hanya waktu yang bisa menjawab.






