Lintasbalikpapan.com – Kegagalan Timnas Indonesia melangkah ke Piala Dunia 2026 menjadi sorotan besar di dunia sepak bola Tanah Air. Harapan tinggi yang sempat menggelora setelah penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru kini berubah menjadi kekecewaan mendalam. Dalam dua laga penting Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Indonesia harus mengakui keunggulan Arab Saudi dengan skor 2-3 dan Irak dengan skor tipis 0-1.
Patrick Kluivert Diserang, Nama Shin Tae-yong Ikut Terseret
Kekalahan beruntun itu membuat langkah Garuda terhenti, sekaligus memupus mimpi besar masyarakat Indonesia untuk melihat tim kesayangan tampil di ajang sepak bola paling bergengsi dunia yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko pada 2026 mendatang.
Banyak pihak mulai mempertanyakan keputusan PSSI yang memilih mengganti pelatih Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert pada awal tahun ini. Publik menilai pergantian tersebut terlalu terburu-buru dan berdampak pada inkonsistensi permainan tim. Namun, sebagian pengamat menilai bahwa kegagalan ini tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada satu sosok, baik Kluivert maupun pelatih sebelumnya.
Jangan Kaitkan Terlalu Jauh dengan Shin Tae-yong
Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, menilai bahwa kegagalan Timnas sebaiknya tidak terus-menerus di kaitkan dengan era kepelatihan Shin Tae-yong. Dalam pandangannya, hal tersebut justru membuat analisis terhadap performa tim menjadi tidak objektif.
“Kalau harapan ke Piala Dunia itu wajar, semua pencinta bola pasti menginginkannya. Tapi kalau selalu di sangkutpautkan dengan Shin Tae-yong, analisisnya jadi kabur,” ujar Tommy Welly melalui kanal YouTube BeritaSatu Utama.
Ia menambahkan bahwa bahkan Shin Tae-yong sendiri pernah menyampaikan secara realistis bahwa peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia tidak lebih dari 30 persen. Pernyataan itu menunjukkan bahwa pelatih asal Korea Selatan tersebut pun menyadari betapa beratnya perjuangan di tingkat Asia, apalagi menghadapi tim-tim kuat seperti Jepang, Arab Saudi, dan Irak.
Tommy menegaskan, publik seharusnya bisa melihat permasalahan Timnas secara menyeluruh, bukan hanya dari satu figur. Menurutnya, ada banyak aspek lain seperti regenerasi pemain, konsistensi kompetisi domestik, hingga dukungan infrastruktur sepak bola nasional yang turut memengaruhi hasil akhir di lapangan.
Janji yang Tak Tersampaikan dan Harapan Baru ke Depan
Menariknya, Tommy Welly juga mengungkap bahwa Shin Tae-yong sempat memberikan sejumlah janji besar selama masa kepelatihannya. Termasuk memastikan Indonesia lolos ke ronde ketiga dan bahkan ke Piala Dunia. Namun, seiring berjalannya waktu, pernyataan itu berubah menjadi lebih realistis setelah menghadapi kekuatan lawan-lawan Asia Timur dan Timur Tengah.
“Sebelum lawan Jepang, dia sempat bilang akan membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia. Tapi setelah kalah, pernyataannya berubah, katanya sulit karena lawan terlalu berat,” tutur Tommy.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa baik era Shin Tae-yong maupun Patrick Kluivert sama-sama menghadapi tantangan besar dalam membangun Timnas yang solid dan kompetitif di level Asia. Meski gagal kali ini, banyak yang berharap kegagalan tersebut bisa menjadi pelajaran berharga untuk menata strategi jangka panjang.
PSSI kini di hadapkan pada tugas berat untuk mengevaluasi performa tim secara menyeluruh. Bukan hanya dari sisi pelatih, tetapi juga sistem pembinaan dan pengembangan talenta muda di berbagai daerah.
Dengan pembenahan menyeluruh, bukan tidak mungkin mimpi tampil di Piala Dunia suatu hari nanti bisa benar-benar terwujud. Sebab, sepak bola Indonesia memiliki potensi besar, tinggal bagaimana semua pihak bersatu membangun fondasi yang kuat dan berkesinambungan.





