Lintasbalikpapan.com – Mantan gelandang Timnas Belgia, Radja Nainggolan, kembali mencuri perhatian publik setelah mengungkapkan keinginannya untuk bisa memperkuat Timnas Indonesia. Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Junior Vertongen, pemain berdarah Batak Toba itu secara jujur menyampaikan bahwa jika di beri kesempatan mengulang waktu, ia akan memilih membela skuad Garuda ketimbang Timnas Belgia.
Menurut Radja, keputusan itu bukan tanpa alasan. Pria berusia 37 tahun itu mengaku sangat terkesan dengan sambutan dan penghormatan yang di terimanya selama berkarier di Indonesia. “Saya terkadang berpikir, seandainya bisa memilih lagi, saya akan bermain untuk Timnas Indonesia. Sekarang saya bisa mengatakan itu setiap hari,” ujarnya. Keinginan Nainggolan untuk membela Indonesia sejatinya cukup beralasan. Ia berstatus eligible karena sang ayah, Marianus Nainggolan, merupakan warga keturunan Batak Toba dari Sumatera Utara.
Rasa Hormat dan Keterikatan Radja Nainggolan dengan Indonesia
Radja pertama kali mencicipi atmosfer sepak bola Indonesia saat bergabung dengan Bhayangkara FC pada musim 2023/2024. Pengalaman tersebut menjadi titik balik dalam pandangannya terhadap Indonesia. Ia merasa di hormati dan di apresiasi dengan cara yang belum pernah ia rasakan di negara asalnya.
“Bukan karena saya bermasalah dengan Belgia. Saya tumbuh dan bermain di sana sejak level junior. Namun, jika bicara soal respek, saya mendapatkannya lebih banyak di Indonesia. Itu sebabnya, saya akan memilih Timnas Indonesia seratus persen,” kata Radja.
Selain itu, keterlibatan Nainggolan sebagai brand ambassador Piala Dunia U-17 2023 bersama Sabreena Dressler membuatnya semakin dekat dengan publik sepak bola nasional. Ia mengaku terus mengikuti perkembangan Timnas Indonesia, termasuk perjalanan skuad Garuda muda yang semakin kompetitif di level internasional.
Konflik dengan Timnas Belgia dan Kekecewaan pada Martinez
Meski sempat bersinar di ajang Euro 2016, perjalanan karier Radja di Timnas Belgia tidak berakhir indah. Pemain yang pernah membawa Inter Milan menjuarai Serie A 2020/2021 itu mengaku kecewa karena perannya di tim nasional tak dimaksimalkan oleh pelatih Marc Wilmots dan kemudian tersisih sepenuhnya saat Roberto Martinez mengambil alih kursi pelatih kepala.
“Saya merasa bisa memberikan lebih banyak untuk Timnas Belgia, tapi keputusan pelatih membuat saya kehilangan tempat. Di Euro 2016, saya termasuk pemain terbaik. Namun setelah Martinez datang, semuanya berubah tanpa alasan jelas,” ujarnya dengan nada kecewa.
Radja tak menutupi kekecewaannya terhadap Martinez, bahkan menyebut bahwa era kejatuhan Belgia dimulai sejak sang pelatih memimpin. “Martinez bukan pesepak bola dan bukan pelatih yang baik. Ia tidak pernah memberi ide atau arah kepada tim. Bagi saya, pelatih sejati adalah mereka yang memberi makna pada permainan,” tuturnya tegas.
Kini, setelah meninggalkan jejak di sepak bola Eropa dan mencicipi atmosfer Indonesia, Radja Nainggolan merasa memiliki hubungan emosional dengan negeri asal ayahnya. Meski peluang membela Timnas Indonesia kini tinggal angan, pernyataannya menjadi bukti bahwa pesona dan semangat sepak bola Indonesia kian diakui oleh pemain-pemain kelas dunia.

 
																						










