Permintaan Meningkat Jelang Tahun Baru, Petani Jagung Samboja Barat Raup Untung

Lintasbalikpapan.com, BALIKPAPAN – Jelang perayaan Tahun Baru 2024-2025, petani jagung di Kilometer 28, RT 04, Kelurahan Karya Merdeka, Kecamatan Samboja Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menikmati lonjakan permintaan yang memberikan peluang ekonomi menjanjikan. Tradisi membakar jagung yang populer di kalangan masyarakat menjadi pemicu utama kenaikan permintaan tersebut.

Samria, salah satu petani jagung di daerah itu, mengungkapkan bahwa menjelang pergantian tahun, pesanan jagung meningkat drastis, terutama dari para pedagang di Balikpapan. Hingga kini, pesanan dalam jumlah besar terus berdatangan, baik untuk pasar tradisional maupun penjualan keliling.

“Harga jagung bervariasi, mulai dari Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per biji, tergantung ukuran dan kualitasnya. Biasanya kami menjual langsung ke pasar atau eceran di sekitar sini,” katanya, Selasa (31/12/2024).

Balikpapan menjadi pasar utama bagi para petani jagung di Samboja Barat, terutama Pasar Pandansari dan Klandasan. Permintaan yang tinggi dari kota tersebut memberikan peluang besar bagi petani lokal untuk meningkatkan penghasilan mereka.

“Sejauh ini, sudah ada 18 karung jagung yang dikirim ke pasar, ditambah satu pick-up berisi 3.000 buah yang dipesan pedagang keliling di Balikpapan,” jelas Samria.

Selain memenuhi pesanan besar, petani juga menjual jagung secara langsung kepada konsumen lokal. Hal ini tidak hanya memotong rantai distribusi, tetapi juga memberikan harga lebih baik bagi petani dan konsumen.

Lonjakan permintaan ini menjadi angin segar bagi para petani, yang berharap tren positif terus berlanjut. Mereka optimistis bisa mencatat penjualan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

“Kami berharap tahun ini lebih ramai dari tahun lalu. Permintaan tinggi ini membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi kami,” tutupnya dengan penuh harap.

Tradisi membakar jagung saat Tahun Baru tidak hanya menjadi momen kebersamaan bagi masyarakat, tetapi juga membawa manfaat ekonomi bagi petani lokal. Fenomena ini menunjukkan bagaimana budaya dapat memberikan dampak positif bagi sektor pertanian dan perdagangan. (Djo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *