Lintasbalikpapan.com – FIFA akhirnya merilis keputusan setebal 63 halaman FIFA yang menolak banding Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) terkait kasus tujuh pemain naturalisasi ilegal. Keputusan yang di pimpin Neil Eggleston itu secara tegas menyatakan bahwa alasan FAM yang menyebut masalah tersebut sebagai “kesalahan teknis administrasi” tidak dapat di terima.
Dalam dokumen tersebut, FIFA menilai bahwa perubahan yang di lakukan pada berkas-berkas status sipil para pemain bukanlah kekeliruan kecil, melainkan tindakan manipulasi yang di sengaja. Bahkan, pengakuan Sekjen FAM yang menyebut adanya staf yang “mengubah konten akta kelahiran” menjadi bukti langsung terjadinya pemalsuan dokumen. Komite FIFA juga mengingatkan bahwa pemalsuan dokumen merupakan tindak pidana di hampir semua yurisdiksi. Sehingga kasus ini tidak bisa dianggap sepele.
Isi Putusan 63 Halaman FIFA yang Menolak Banding Malaysia
Salah satu hal yang membuat FIFA semakin tegas menolak banding ini adalah kegagalan FAM. Dalam menunjukkan siapa yang paling bertanggung jawab terhadap pemalsuan dokumen tersebut. Komite mengaku kecewa karena FAM tidak bisa menyebutkan nama, jabatan, hingga peran individu yang melakukan manipulasi.
Tidak hanya itu, FAM juga di nilai tidak menunjukkan tindakan di siplin apa pun. Bahkan terhadap staf yang sudah mengakui ikut mengubah dokumen. Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa ada masalah mendasar dalam budaya tata kelola internal federasi tersebut.
Penerapan skorsing terhadap Sekjen FAM, Noor Azman Rahman, juga menjadi sorotan. Meskipun FAM mengumumkan skorsing. FIFA menemukan bahwa pejabat tersebut tetap hadir dalam sejumlah acara penting, termasuk acara yang turut di hadiri petinggi FIFA. Hal ini membuat Komite menyimpulkan bahwa sanksi tersebut lebih menyerupai strategi meredam publik daripada langkah disiplin yang nyata.
Dampak Besar: Sanksi Berat untuk FAM dan Para Pemain
Setelah meninjau seluruh bukti dan argumen, FIFA tetap menjatuhkan sanksi besar kepada FAM berupa denda 350.000 franc Swiss. Selain federasi, tujuh pemain naturalisasi ilegal tersebut juga ikut menerima hukuman berupa larangan bermain selama satu tahun di tambah denda 2.000 franc Swiss.
Keputusan ini menjadi momentum penting yang menyoroti kembali pentingnya integritas dalam proses naturalisasi pemain. Skandal tersebut menegaskan bahwa manipulasi administratif, sekecil apa pun, bisa merusak reputasi federasi sekaligus kepercayaan publik terhadap sepak bola nasional.
Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa proses naturalisasi dalam sepak bola modern harus di bangun di atas sistem yang transparan dan dapat diiaudit. FIFA menegaskan bahwa setiap upaya mempermudah proses dengan cara memanipulasi dokumen justru akan memperparah risiko dan membawa konsekuensi yang jauh lebih berat, baik secara hukum maupun reputasi.






