Lintasbalikpapan.com, BALIKPAPAN – Kementerian BUMN kembali menyelenggarakan Pasar Digital (PaDi) UMKM Hybrid Expo & Conference 2024 dengan mengusung tema, “Bersama BUMN Bangun Ekosistem UMKM”, di Atrium Mal E-Walk, Kota Balikpapan, Kamis (18/7/2024).
Kegiatan ini merupakan upaya Pemerintah untuk meningkatkan pasar produk UMKM di semua daerah dalam mendorong pelaku usaha agar mampu go digital, go online dan go global.
Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting mengatakan, bahwa ada banyak keuntungan yang akan di dapat UMKM dalam mengikuti Padi UMKM Indonesia.
“Jadi mereka (UMKM) yang terlibat mendapatkan akses bercitra dengan buyer dari BUMN. Tercatat ada 98 BUMN yang ada secara nasional, dan di dalamnya tercatat ratusan buyer yang terdaftar,” kata Loto Srinaita.
Tak hanya itu, lanjut dia, para pelaku UMKM yang tergabung dalam Padi bisa menjangkau pasar buyer yang lebih luas. Bahkan warga umum juga bisa mengaksesnya. Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan dalam tiga tahapan.
Pertama, pembinaan dan pelatihan, di situ ada 250 rumah BUMN di seluruh Indonesia. Kalau di Balikpapan ada rumah BUMN Pertamina. Kedua, dukungan pembiayaan yang disalurkan lewat pembiayaan mikro yang kami titipkan di BRI. Penyaluran paket pembiayaannya sudah banyak tersebar di BUMN. Ketiga yakni dukungan perluasan pemasaran. Baik secara online, offline hingga bazar.
“Kami sudah buat kegiatan jelajah kuliner Nusantara di Medan dan Bandung. Rencana nanti ada lagi bulan September mendatang. Semoga Padi UMKM expo yang kelima,” harapnya.
Dulu secara virtual saat Covid-19. Peserta expo terus meningkat dari 244, 295, 560 UMKM. Volume transaksi Rp 18,7 miliar di 2023.
Sementara Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik, tentu saja mengapresiasi kolaborasi BUMN dan UMKM ini. Sebab intinya tentu dalam rangka menghidupkan perekonomian nasional.
Apalagi keberadaan UMKM setempat memang laris manis. Di tengah populasi penduduk Kaltim ini cukup beragam. Tercatat 37 persen adalah etnis Jawa, 27 persen Sulawesi sisanya terbagi Banjar, Dayak dan lainnya.
“Kaltim ini ada 841 desa yang punya potensi budaya agraris, sehingga nanti bisa mandiri dalam produk pangan,” ujarnya.
Meski demikian, Akmal menyampaikan, bahwa Kaltim baru memenuhi tiga faktor ekonomi. Yakni aksesibilitas dan kemanfaatan. Karena memang secara infrastruktur, dan daya dukung pemerintah lokal sudah memadai.
Namun, di sektor ketersediaan pangan masih bermasalah. Tingkat ketergantungan pasokan luar daerah terbilang tinggi. Akibatnya harga barang di pasaran pasti tinggi dan tidak kompetitif.
Ia mengajak BUMN untuk fokus ke sektor hilirisasi. Seperti budidaya pisang krecek di Kabupaten Kutai Timur. Pisang yang mungkin harganya rendah di pasaran bisa bernilai tinggi setelah ada pengolahan.
Dari sebiji pisang Rp 3.000 setelah diolah nilainya jadi Rp 35.000. Artinya perlu ada dukungan berbagai pihak agar masyarakat mau terlibat aktif dalam ketersediaan pangan.
“Jadi BUMN jangan bosan untuk membantu kami dalam menggerakkan sumber mentah kita agar nilai produk mereka bisa meningkat. Pihaknya ingin masyarakat bisa punya nilai tambah yang meningkatkan ekonomi rumah tangganya, sehingga bisa berimbas pada pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya. (Djo)