Bung Towel Dukung Keputusan PSSI, Tak Gegabah Cari Pelatih Baru Timnas Indonesia!

Lintasbalikpapan.com – Keputusan PSSI untuk belum menunjuk pelatih baru Timnas Indonesia rupanya bukan tanpa alasan. Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, menilai langkah ini merupakan bentuk kebijakan yang penuh pertimbangan. Menurutnya, federasi memang tidak memiliki urgensi tinggi untuk segera mencari pengganti pelatih sebelumnya dalam waktu dekat.

Bung Towel, begitu ia akrab disapa menjelaskan bahwa kalender Timnas Indonesia senior sedang kosong dari agenda penting. Tidak ada kompetisi besar yang menunggu dalam waktu dekat, kecuali FIFA Matchday November 2025 yang bahkan telah dialokasikan untuk skuad U-22 yang akan mempersiapkan diri menuju SEA Games 2025. “Kalau bicara urgensi, sekarang memang belum ada. Timnas senior tidak punya agenda penting dalam waktu dekat, jadi PSSI tidak perlu terburu-buru,” ujar Tommy Welly dalam sebuah program diskusi olahraga.

Ia juga menambahkan bahwa kekhawatiran soal peringkat FIFA yang berpotensi turun akibat tidak adanya laga internasional sebenarnya bisa diatasi. Menurutnya, PSSI dapat menaikkan status pertandingan uji coba Timnas U-22 menjadi laga resmi (friendly match A) agar tetap memberi kontribusi terhadap poin peringkat FIFA. Dengan begitu, kondisi peringkat bisa dijaga tanpa harus memaksakan Timnas senior bermain dalam waktu yang belum ideal. “Masalah peringkat itu bisa dikejar nanti. Secara administratif mudah saja kalau laga U-22 dibuat resmi. Jadi bukan masalah besar,” tambahnya.

Situasi Internal Jadi Pertimbangan PSSI

Lebih jauh, Tommy Welly menilai bahwa langkah PSSI ini juga di pengaruhi oleh situasi internal timnas yang sedang tidak kondusif. Sejak kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi dan Irak dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026, suasana di sekitar tim memang di kabarkan kurang stabil.

Kondisi tersebut di perparah oleh munculnya berbagai isu internal dan tekanan publik terhadap performa pelatih sebelumnya, Patrick Kluivert. Hasil buruk itu membuat federasi akhirnya mengambil langkah tegas untuk mengakhiri kerja sama dengan sang pelatih.

“Saat ini federasi sedang menghadapi masa sulit. Setelah kekalahan beruntun, banyak sentimen negatif yang muncul. Jadi keputusan mencopot pelatih adalah langkah strategis, tapi PSSI juga harus hati-hati menentukan penggantinya,” jelas Tommy.

Ia menilai, keputusan PSSI untuk menunda penunjukan pelatih baru hingga setidaknya Maret 2026 adalah upaya untuk meredam gejolak di publik. Federasi, menurutnya, sedang mencoba menunggu waktu yang tepat agar suasana di sekitar tim kembali tenang.

“Sekarang PSSI sedang dalam fase cooling down. Ini bukan cuma soal siapa yang jadi pelatih, tapi juga tentang kedewasaan kita semua dalam merespons kegagalan,” lanjutnya.

Menurut Tommy, federasi tampaknya ingin memastikan bahwa pelatih berikutnya tidak datang di tengah tekanan besar dan ekspektasi publik yang masih panas. Dengan memberi jeda waktu, PSSI bisa mengevaluasi situasi secara menyeluruh dan mencari sosok pelatih yang benar-benar cocok dengan kebutuhan tim nasional.

Bayang-Bayang Shin Tae-yong Masih Kuat

Salah satu tantangan terbesar bagi siapa pun yang akan menjadi pelatih baru Timnas Indonesia adalah bayangan nama besar Shin Tae-yong (STY). Sejak kepergian pelatih asal Korea Selatan itu, publik sepak bola nasional tampaknya masih sulit melepaskan diri dari perbandingan.

Menurut Bung Towel, atmosfer sepak bola Indonesia saat ini masih sangat di pengaruhi oleh sentimen terhadap STY, baik dari sisi prestasi maupun gaya kepemimpinan. Kondisi itu bisa menjadi beban bagi pelatih baru yang nantinya di tunjuk oleh PSSI. “Selama nama STY masih terus di bawa-bawa dan jadi bahan perbandingan, akan sangat berat bagi siapa pun yang menggantikannya,” ungkap Tommy.

Ia juga menyoroti bahwa proses pergantian pelatih kali ini adalah salah satu yang paling panjang dan penuh drama dalam sejarah Timnas Indonesia. Munculnya berbagai spekulasi, opini publik, hingga isu politik di balik layar membuat situasi semakin rumit. “Pergantian pelatih kali ini memang terasa berbeda. Banyak drama dan wacana yang membuat prosesnya tidak murni sepak bola. Ini yang menurut saya perlu di benahi,” ujar pengamat asal Bandung tersebut.

Tommy menegaskan bahwa keputusan menunjuk pelatih baru seharusnya murni berdasarkan pertimbangan teknis dan kebutuhan tim, bukan karena tekanan atau opini dari luar. Jika PSSI bisa menjaga objektivitas dan menunggu waktu yang tepat. Maka pelatih baru akan memiliki ruang yang lebih nyaman untuk bekerja tanpa beban masa lalu. “Beri waktu bagi federasi untuk berpikir jernih. Kita sebagai publik juga harus belajar lebih sabar. Timnas butuh stabilitas, bukan tekanan berlebihan,” pungkas Tommy.

Dengan demikian, langkah PSSI untuk menunda penunjukan pelatih baru bukanlah bentuk kelambanan. Melainkan strategi untuk memastikan keputusan yang di ambil benar-benar matang. Bagi federasi, stabilitas dan kesiapan mental publik jauh lebih penting ketimbang sekadar mempercepat proses demi memenuhi tuntutan sesaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *