Vinicius Junior Hilang Kendali di El Clasico, Courtois Ikut Serang Lamine Yamal!

Lintasbalikpapan.com – Suasana panas mewarnai laga El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona di Stadion Santiago Bernabéu, Minggu (26/10). Pertandingan yang berakhir dengan kemenangan 2-1 bagi Real Madrid itu tidak hanya menyajikan duel taktis di lapangan, tetapi juga menampilkan drama emosional yang berujung kericuhan.

Kemenangan Los Blancos melalui gol Kylian Mbappé dan Jude Bellingham menjadi momen penting bagi tim asuhan Xabi Alonso. Namun, setelah peluit panjang di bunyikan, ketegangan meningkat tajam ketika Vinícius Junior terlibat adu argumen panas di sisi lapangan. Petugas keamanan bahkan harus turun tangan untuk meredam situasi yang melibatkan pemain dan staf kedua tim. Lamine Yamal, wonderkid Barcelona, menjadi sasaran kemarahan di penghujung laga yang penuh emosi itu.

Kartu Merah Pedri Jadi Pemicu, Emosi Pemain Meledak

Puncak ketegangan terjadi setelah Pedri menerima kartu kuning kedua akibat tekel keras terhadap Aurelien Tchouameni. Keputusan wasit yang mengusir gelandang muda Barcelona tersebut memicu protes keras dan dorong-dorongan antara pemain kedua tim. Situasi di area teknis semakin tidak terkendali saat para pemain cadangan turut bereaksi.

Jude Bellingham yang sudah ditarik keluar tetap terlihat berada di tengah kerumunan, sementara Vinícius Junior tidak menahan emosinya dan terus terlibat dalam perdebatan. Alejandro Balde dan beberapa pemain di bangku cadangan juga mendapat kartu karena di anggap terlalu agresif. Meskipun pertandingan telah usai, atmosfer panas tetap terasa hingga menit-menit terakhir di lapangan Bernabéu.

Yamal vs Courtois: Ketegangan Berlanjut Usai Laga El Clasico

Setelah pertandingan, tensi belum juga mereda. Lamine Yamal kembali menjadi pusat perhatian setelah tampak memancing emosi pemain Real Madrid, termasuk Thibaut Courtois yang terlihat marah besar terhadap sesuatu yang di katakan pemain muda asal Spanyol itu. Courtois masih berteriak ke arah Yamal saat para pemain mulai meninggalkan lapangan, menunjukkan betapa panasnya rivalitas antara kedua klub raksasa Spanyol ini.

Pelatih Xabi Alonso segera berinisiatif menenangkan para pemainnya dan mengarahkan mereka untuk fokus merayakan kemenangan. Sementara itu, beberapa pemain seperti Raphinha dan Vinícius Junior harus di tenangkan oleh rekan-rekannya agar tidak memperpanjang ketegangan. Pernyataan Yamal sebelum laga yang menyinggung Real Madrid—menuduh mereka “suka mencuri dan selalu mengeluh”—tampaknya menjadi bumerang setelah Blaugrana harus pulang tanpa poin.

Insiden di El Clásico kali ini kembali menegaskan bahwa rivalitas Real Madrid dan Barcelona bukan sekadar pertandingan sepak bola, melainkan simbol persaingan yang melibatkan emosi, harga diri, dan sejarah panjang dua kekuatan terbesar di Spanyol.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *