
Lintasbalikpapan.com BALIKPAPAN - Hari Air Sedunia, masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dituntaskan Pemerintah Kota Balikpapan. Sebab Hingga saat ini, Kota Balikpapan masih mengalami krisis air baku. Karena sebagian besar air baku yang dimiliki oleh Kota Balikpapan berasal dari tadahan air hujan yang ada di Waduk Manggar. Sehingga kurang lebih sekira 710.000 jiwa penduduk kota Balikpapan, masih ada yang belum menikmati ketersedian air bersih.
Kabid SDA dan Pengairan DPU Kota Balikpapan Jen Supriyanto mengatakan, bahwa, Balikpapan akan menjadi penyangga ibukota negara, sehingga berpotensi terjadi lonjakan jumlah penduduk secara signifikan. Oleh sebab itu, memerlukan ketersediaan sumber daya air, sementara sumber air kita tergantung pada air hujan.
Oeleh karena itu, dia meminta, seluruh elemen masyarakat harus dapat bersikap bijak dalam memanfaatkan dan mengelola air.
"Dengan peringatan hari air sedunia ini diharapkan dapat membuka mata kita demi masyarakat dan bangsa yang akan datang. Sehingga informasi terkait pelestarian sumber daya air sangat penting," kata Zen Supriyanto kepada wartawan, Kamis (16/3/2023).
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai IV Samarinda Arya Muldiyanto menjelaskan, bahwa dengan penanaman Biopori dapat berkontribusi pada tambahan sumber air ke dalam bumi. Sehingga air tidak terbuang percuma melainkan mengisi kembali ke tanah. Sekaligus bisa membuat pupuk organik.
"Artinya air merupakan kebutuhan utama, sedangkan sumber air sangat terbatas. Maka kita perlu memanen air dengan memasukkan air kembali ke dalam bumi," terangnya.
Dia menyampaikan, bahwa sampai dengan hari ini sudah 401 titik sumur resapan yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Kaltim.
"Nanti kita akan lakukan secara bertahap terus kita lakukan sampai November target 3740 sumur resapan. Tersebar di Balikpapan, Samarinda, Sepaku, PPU," tuturnya.
"Nantinya bukan kita saja terlibat. Namun kita akan melibatkan komunitas peduli sungai untuk ikut terlibat," kata dia.
Sementara ditempat yang berbeda, Dani warga RT 27, Kelurahan Baru Ulu, Balikpapan Barat mengatakan, bahwa hari air sedunia diwarnai oleh ketidakadilan terhadap warga kota Balikpapan. Pasalnya, warga sulit memperoleh akses pelayanan air bersih.
"Jadi Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, dirinya memanfaatkan air hujan. Kalau tidak ada hujan tidak ada air," ujarnya.
Dani mengaku, bahwa air ditempatnya sudah tidak mengalir selama 3 bulan, mulai bulan desember hingga maret. Padahal saya pelanggan PDAM mulai tahun 90-an. (drh)
LEAVE A REPLY