Sampah yang Bertransformasi Jadi Emas: Jejak Hijau Pegadaian di Balikpapan

Lintasbalikpapan.com, BALIKPAPAN – Sabtu pagi (4/10/2025), bibir pantai di Kelurahan Damai mendadak riuh oleh warga, komunitas, hingga aparatur pemerintahan yang sibuk mengumpulkan sampah plastik dan botol bekas. Namun, kegiatan ini bukan sekadar agenda bersih-bersih pantai biasa. Ada gagasan besar yang menyertainya: menjadikan sampah sebagai pintu masuk menuju investasi emas.

Inisiatif itu datang dari PT Pegadaian Area Balikpapan, yang menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta komunitas Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (Forsepsi). Lewat program bertajuk Clean and Gold, Pegadaian berusaha mengubah cara pandang masyarakat: bahwa sampah bukan akhir dari sebuah siklus, melainkan awal dari peluang baru.

“Selain peduli lingkungan, kami ingin masyarakat sadar bahwa memilah sampah bisa membuka jalan menuju investasi. Sampah yang dipilah bisa masuk bank sampah, lalu hasil penjualannya ditukar menjadi tabungan emas,” jelas Tomy Djoko Dwi Raharjo, Deputi Bisnis Pegadaian Area Balikpapan.

Di tengah aktivitas memunguti sampah, Tomy menambahkan rencana perusahaan untuk menempatkan belasan tong sampah di sekitar area pantai dan sentra UMKM. Tujuannya jelas: mengurangi kebiasaan pengunjung membuang sampah sembarangan, sekaligus menanamkan kebiasaan memilah sejak dini.

Program ini kemudian menemukan kekuatannya melalui jaringan tujuh bank sampah binaan Pegadaian. Di sana, sampah organik diolah menjadi pupuk, sementara sampah anorganik dipasarkan, lalu sebagian hasil penjualannya masuk ke saldo tabungan emas.

Abdul Rahman, Ketua Bank Sampah Induk Kota Hijau sekaligus koordinator Forsepsi, menilai program ini berhasil memadukan dua isu besar: ekologi dan ekonomi.

“Orang sering menganggap investasi emas hanya untuk mereka yang punya modal besar. Program ini membuktikan sebaliknya. Cukup mulai dari memilah sampah di rumah, bawa ke bank sampah, dan hasilnya bisa berubah jadi tabungan emas,” ujarnya.

Abdul menekankan, inisiatif Pegadaian bukan sekadar CSR, melainkan gerakan perubahan perilaku. “Dengan ini, masyarakat diajak untuk melihat sampah sebagai potensi, bukan masalah. Volume sampah di TPA berkurang, lingkungan lebih bersih, dan warga punya investasi masa depan,” tambahnya.

Pantai Damai hari itu bukan hanya saksi aksi bersih lingkungan, tetapi juga simbol lahirnya paradigma baru: bahwa kesejahteraan bisa dimulai dari hal sederhana—dari botol plastik yang dipungut, dari kantong kresek yang dipilah, dari kepedulian kecil yang konsisten.

Pegadaian, lewat langkah ini, menunjukkan bahwa komitmen lingkungan tidak harus bertabrakan dengan kepentingan bisnis. Justru keduanya bisa berjalan seiring, membuka ruang investasi yang inklusif bagi siapa pun.

Sebuah pesan sederhana tersisa dari kegiatan itu: emas tidak selalu ditambang dari perut bumi, kadang ia lahir dari kesadaran kita mengelola sampah dengan benar. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *