Kisah Srikandi PLN, Bawa Terang Hingga ke Ibu Kota Nusantara

BALIKPAPAN – Siang itu, matahari sudah berdiri di puncak singgasananya. Dinar Mayangsari, masih harus melakukan pemantauan di ruang panel kantor Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) Kalimantan yang berada di Kilometer 15, Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan. Aktivitasnya guna memastikan suplai listrik ke masyarakat tetap terjaga.

Dengan mengenakan helm dan sepatu safety tak mengurangi keanggunannya dalam bekerja. Langkah kakinya menuju ruang panel yang mengatur suplai listrik di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara). Sesekali Dinar berkoordinasi dengan petugas lapangan melalui handy talky (HT). Hampir setiap hari aktivitas ini dilakukan Dinar sembari berdoa agar dirinya tetap kuat dalam menjaga keandalan listrik pelanggan.

Wanita 34 tahun ini banyak makan asam garam dalam dunia kelistrikan. Menjadi bagian dari PLN sejak tahun 2011, Dinar bertugas di bagian penyaluran PLTD Gunung Malang, Balikpapan. Berkat kinerjanya, ia sempat dipindah ke Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Samarinda, sebelum akhirnya menjabat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kaltimtara sebagai Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi.

Tak pernah terbayang sebelumnya Dinar menjadi tim lapangan yang kebanyakan adalah kaum pria. Menelusuri hutan hingga berhadapan dengan hewan pemangsa ataupun berbisa. Ia bahkan turut memanjat tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV setinggi 34 meter. Rasa takut pun seolah sirna lantaran asanya dalam menjaga listrik tetap andal.

“Awalnya takut dan khawatir, apalagi kerjanya ya panjat tower juga, belum lagi masuk hutan malam-malam. Ya wanita mana sih yang mau, tapi ya saya jalani aja lama-lama terbiasa,” ungkap wanita tiga anak itu.

Dengan mata berkaca-kaca, Dinar menceritakan perjuangannya saat berada di lapangan. Cerita yang tak ia lupa, saat melakukan perbaikan tower di hutan kawasan daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia bersama timnya harus melintasi medan yang berisiko dan terjal. Namun medan yang sulit tak membuatnya gentar.

“Waktu itu ada gangguan tower di sekitar Ibu Kota Nusantara, ya saya yang dari Balikpapan mau tidak mau harus berangkat kesana. Kalau bagi cowok mungkin sudah biasa keluar jam segitu, tapi bagaimana dengan saya yang cewek. Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga tugas ya harus tetap dijalankan, karena demi kepentingan masyarakat,” ungkap wanita dua anak itu.

Cakupan area yang ditangani oleh Dinar meliputi wilayah Kaltim dan Kaltara. Dinar menangani 2.600 tower SUTT 150 kV dan 28 Garduk Induk (GI) termasuk di wilayah IKN. Bagi Dinar, tidak semua pekerjaan teknis ataupun berat bisa dilakukan oleh kaum pria.

“Semula suami tidak setuju dan sempat berdebat. Ya mau bagiamana lagi, soalnya kerja saya sering masuk ke hutan dan waktu yang tidak menentu. Tapi lama kelamaan setuju dan ini sekaligus menggambarkan bahwa wanita juga bisa melakukan hal biasa dikerjakan oleh pria,” ujarnya.

Meski tak banyak yang tahu risiko berat yang dihadapinya di lapangan, namun Dinar dan timnya cukup merasa puas ketika masyarakat bisa menikmati listrik tanpa byar pet. Kebahagiaan itulah yang membuat Dinar cukup bangga atas pekerjaan yang ia jalani selama ini.

“Memang kalau pas padam kami kerap dihujat, tapi pas terang kami kadang dilupa. Tidak apa-apa, ketika kami mendengar langsung dari masyarakat bahwa listrik menyala normal, itu menjadi rasa kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi kami,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *