Home Sosok Kisah Petugas Pemakaman Covid-19 Makamkan Ibunya Sendiri, Fajar : Bu, Saya Bisa Jenguk Ibu Setiap Ha

Kisah Petugas Pemakaman Covid-19 Makamkan Ibunya Sendiri, Fajar : Bu, Saya Bisa Jenguk Ibu Setiap Ha

SHARE
Kisah Petugas Pemakaman Covid-19 Makamkan Ibunya Sendiri, Fajar : Bu, Saya Bisa Jenguk Ibu Setiap Ha

Keterangan Gambar : Fajar menangis meratapi jasad sang ibu sebelum dimakamkan

LINTASBALIKPAPAN - Beratnya peti jenazah tak lagi dirasakan oleh Fajar Sulaiman, salah seorang Ketua Tim Petugas Pemakaman di TPU KM 15, Balikpapan Utara. Yang dirasakan hanyalah kucuran air mata yang menetes dibalik Alat Pelindung Diri (APD).

Bagaimana tidak, didalam peti jenazah yang dibawa Fajar adalah ibunya sendiri. Ia bernama Hj Nur Ainah (62), meninggal pada Jumat (9/6) pukul 15.29 wita di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo dalam kondisi terpapar Covid-19. Kondisi ini membuat Fajar sedih ditengah menjalankan tugas. Bak di medan perang, Fajar berusaha tegar menahan tangisnya.

Kepada Lintas Balikpapan, Fajar menceritakan kabar duka tersebut. Kedua orang tua angkatnya ini dinyatakan positif sekira sepekan lalu. Sang ayah berusia sekitar 80 tahunan itu dirawat di rumah, sementara sang ibu dirujuk ke RSKD karena kondisi tubuhnya turun drastis.

"Memang test antigennya positif dan dia kelelahan juga kayaknya karena juga harus rawat bapak di rumah, jadi dirujuklah ke RSKD dua hari lalu (7/7), itupun sempat nggak dapat ruangan, besoknya (8/7) baru dapat ruangan dan masuk ICU," katanya.

Sejak dirawat di RSKD, Fajar tak sempat menjenguk ibunya lantaran dalam dua pekan terakhir ini kasus kematian cukup tinggi. Ia pun harus berjuang melakukan pemakaman jenazah pasien Covid-19 bahkan hingga hari ini. Barulah pada Kamis (8/7) sekira pukul 21.00 wita ia nekat datang ke rumah sakit lantaran mendapat kabar sang istri bahwa ibunya dalam kondisi sangat drop.

"Saturasinya turun, jadi saya sempatkan habis pemakaman itu ke rumah sakit. Saya minta izin masuk karena saya pakai APD lengkap dan sudah terbiasa," tuturnya.

Ia pun diberi izin masuk dengan menggunakan APD lengkap. Wajah sang ibu sempat tak mengenali Fajar lantaran tertutup APD. Namun ia sadar bahwa yang dihadapannya adalah Fajar setelah mendengar suaranya.

Bak keajaiban datang, kondisi sang ibu berangsur membaik, bahkan senyum bahagia pun terus terukir. Kala itu Fajar meminta maaf tak pernah menengok dan menjenguk ibunya lantaran sejak awal pandemi ia terus berada di TPU KM 15 dan di wisma khusus petugas pemakaman. Fajar tak berani berkumpul dengan keluarga lantaran khawatir membawa virus pasca dari pemakaman.

"Kamu kemana aja nak, kenapa nggak nengok ibu, nggak jenguk ibu. Ibu khawatir, kamu nggak ada kabar, masih hidup kah, sehat kah, ibu nggak tahu," ujar Fajar menirukan gaya bicara ibunya.

"Iya bu, alhamdulillah saya sehat. Saya harus menjalankan tugas negara memakamkan orang. Ibu juga harus sehat, nanti kalau sehat kita tinggal bareng, nanti saya yang rawat ibu," ucap Fajar dengan nada pelan sembari menghela napas.

Sang ibu pun meminta Fajar untuk menemaninya malam itu. Beberapa menit Fajar memanjakan ibunya seperti membuatkan minuman dan menyuapkan makanan. Hingga akhirnya Fajar harus kembali untuk menjalankan tugas negaranya itu.

"Saya sempat disuruh tidur disitu, tapi saya bilang nggak boleh bu karena saya masih harus memakamkan lagi," katanya.

Sebelum pergi Fajar berpesan kepada petugas medis yang berjaga untuk membantu ibunya agar selalu termotivasi, yakni mengatakan kebohongan bahwa dirinya sedang menunggu diluar ketika nanti sang ibu mencarinya.

"Saya bilang sama petugas yang jaga, kalau saya dicari bilang aja saya ada diluar nunggu dan memantau lewat monitor. Ini biar ibu saya termotivasi terus, karena pas saya datang itu saturasinya naik," jelasnya.

Sayangnya itu merupakan pertemuan terakhir bagi Fajar. Keesokan harinya Fajar mendapat telpon dari rumah sakit bahwa kondisi ibunya turun sehingga harus segera mendapat penanganan yakni pemasangan ventilator. Namun sang ibu menolak dan mengaku belum siap.

"Iya memang harus segera dipasang ventilator karena saya lihat tangannya sudah kayak biru, oksigennya kurang yang didalam. Tapi ibu nggak mau, dan maksa minta pulang dia, tapi nggak bisa karena kan positif," ungkapnya.

Fajar pun meminta petugas medis membujuk dan memberikan motivasi ke ibunya agar tenang. Namun pada Jumat siang (9/7) kondisi ibunya makin turun, dan Fajar pun dihubungi oleh petugas medis. Ia sempat memberikan motivasi melalui saluran telpon, hanya saja kondisi sang ibu sudah tak sadarkan diri.

Pukul 15.29 wita ibunya menghembuskan napas terakhir. Saat itu Fajar tak kuasa menahan kesedihannya, namun ia berusaha menutupinya agar rekan-rekannya di lokasi pemakaman tidak ikut terbebani akan kabar duka tersebut.

"Saya pasrah, dan pas jenazah itu mau dikirim kesini dari rumah sakit saya bilang ke petugas pemulasarannya, minta tolong jenazah yang ini dimakamkan betul-betul sebab ini ibu saya," bebernya.

Sontak petugas pemulasaran yang lainnya pun terkejut mengetahui hal itu. Namun Fajar mengatakan bahwa ini sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai petugas di pemakaman.

"Saya bilang sama teman-teman kalau saya kuat, insya allah saya kuat," ucapnya.

Peti jenazah pun tiba bersama dengan empat peti lainnya yang harus dimakamkan. Fajar pun meminta rekannya memakamkan terlebih dahulu jenazah yang lain. Sembari menunggu pemakaman jenaza lainnya, Fajar bersama keluarga yang datang melaksanakan salat di depan peti almarhum.

"Saya nggak nyangka, sedih bercampur aduk. Setelah mau dimakamkan saya duduk menatap jasad ibu saya didalam peti, disitu saya nangis," katanya.

Proses pemakaman pun berlangsung, Fajar turut serta memakamkan ibunya. Ia menangis dihadapan makam sang ibu seolah tak percaya bahwa kali ini ibunya sendiri yang dimakamkan. Janji akan merawat dan menjenguk sang ibu pun teringat dibenak Fajar.

"Bu, ibu sudah sehat. Disini Fajar bisa jengukin ibu setiap hari," tuturnya sembari menahan tangis.

Meski ditengah kesedihan, Fajar meminta teman-temannya untuk semangat. Ia mengatakan bahwa hal ini merupakan bagian dari resiko pekerjaannya.

"Ini sudah menjadi tanggungjawab, kita melaksanakan tugas negara. Ini kita ibarat perang melawan Covid, harus ada yang dikorbankan yakni kesedihan," pungkasnya. (Mdy)