
Keterangan Gambar : Bibit pertanian dari 11 Negara ini dimusnahkan dengan cara dibakar
LINTASBALIKPAPAN – Sebanyak 87 Kilogram bibit pertanian dimusnahkan oleh Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Balikpapan pada Kamis (28/6) di halaman kantornya di kawasan Sepinggan, Balikpapan Selatan. Pemusnahan tersebut dilakukan lantaran bibit pertanian import ini tak memiliki izin dan tidak memenuhi persyaratan serta prosedur karantina untuk masuk ke wilayah Indonesia.
Kepala BKP Kelas I Balikpapan Abdul Rahman, menjelaskan komoditas pertanian ini tidak layak karena tidak dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal sesuai dengan Undang-undang No 16 tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan dan PP No 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan .
“Yang kami musnahkan antara lain kategori Bibit Tanaman sayuran dan buah-buahan, Hasil Tanaman Hidup dan Hasil Tanaman Mati yang belum maupun telah dioleh dengan total jumlah 87 Kg, 3.003 batang bibit tanaman dan 15 Sachets yang berasal dari Australia, Swiss, China, Hongkong, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand dan India” kata Abdul Rahman di Kantor Karantina Pertanian Balikpapan, Kamis (27/06).
Abdul Rahman mengatakan bahwa komoditas pertanian yang dimusnahkan ini merupakan hasil tangkapan di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan dan kantor pos dalam kurun waktu Bulan Februari hingga Juni 2019.
“Langkah ini dilakukan untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati Indonesia agar tetap lestari dari masuknya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) serta Organisme Penggangu Tumbuhan Karantina (OPTK),” ujarnya.
Untuk itu, Abdul Rahman menghimbau pertingnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lapor karantina bila membawa barang bawaan komoditas pertanian termasuk belanja online. Satu biji tanaman masuk bila mengandung penyakit maka akan berdampak luas terhadap pertanian Indonesia.
"Kalau sudah mengandung penyakit atau ulat yang membahayakan, pasti akan mengancam pertanian di Indonesia. Ini sangat penting, karena kalau sudah pertanian kita rusak, kita mau makan apa. Pengaruhnya ya kepada semua sektor, karena Indonesia adalah megara agraris yang kaya akan hasilnya, termasuk pertaniannya. Makanya negara lain itu perlahan-lahan mau menghancurkan itu, mereka nggak suka kalau Indonesia maju," tutupnya. (min)
LEAVE A REPLY